JAKARTA (detikgo.com)- Politisi Nasional Partai Hanura Djafar Badjeber mengungkap terkait kepemimpinan yang baik dimana, Seorang Pemimpin Harus Bisa mengontrol dan di Kontrol dalam setiap kebijakan, hal tersebut dituangkan dalam Tulisan yang dikirim ke redaksi, Senin 19 Juli 2021.
Wakil ketua Umun Dewan Pimpinan Pusat Partai Hati Nurani Rakyat (DPP Hanura) mengurai banyak terkait Pola Anutan seorang Pemimpin yang baik dan benar.
Dalam kehidupan dizaman modern ini, kepemimpinan seseorang sangat telanjang dapat diamati dari berbagai aspek. Apalagi keterbukaan dan kecepatan informasi saat ini.
Gerak gerik seorang pemimpin bisa dijadikan roule model, terutama bagi para pendukung fanatiknya. Meskipun Pemimpin itu”salah atau keliru” akan dibela oleh para pendukungnya mati-matian. Disini subyektifitas yang muncul, bukan nalar sehat.
Sudah banyak Pemimpin saat sedang berkuasa hampir tiada kekurangan atau salah dimata para pendukungnya.
Dukungan itu tentu bermacam motif dan kepentingan. Tetapi begitu pemimpin itu dalam situasi sulit para avonturir akan menghilang satu persatu atau bahkan bisa jadi lawan sang Pemimpin itu.
Sudah lazim dalam dunia politik khususnya, setiap pemimpin pasti banyak lawan dan ” musuh” .
Saat pemimpin itu sedang kuat-kuatnya , para lawan dan musuhnya sementara tiarap sambil menunggu peluang berikutnya dengan berbagai kalkulasi.
Tetapi begitu pemimpin itu mulai lemah, para lawan dan musuhnya mulai menunjukkan perlawanan dari yang lunak sampai dengan keras.
Pemimpin itu tidak cukup hanya baik. Dia harus bijak dan saat tertentu harus tegas. Tegas ini penting agar kewibawaannya muncul, sekaligus bisa diperlihatkan kepada pendukung dan lawan-lawannya.
Ketegasan itu salah satu syarat bagi seorang pemimpin. Bila mencla-mencle akan menjadi boomerang bagi dia, cepat atau lambat membahayakannya.
Selain itu dia harus mampu mengontrol anak buahnya ( rezim-nya ). Bila dia lengah dan abai mengontrol anak buahnya, bisa menjadi senjata makan tuan. Memang kadang anak buah yang tak beres bisa membawa malapetaka bagi sang pemimpin.
Artinya perbuatan buruk dan koruptif anak buahnya, suatu saat akan ditimpakan kepada dia selaku pemimpin.
Ada deviasi atau penyimpangan dan korupsi dalam suatu kebijakan ( baca proyek )maka kesalahan itu pasti dialamatkan kepada seorang pemimpin. Dia dianggap tidak mampu mengontrol anak buahnya ( rezimnya ).
Sebagai seorang pemimpin negara, dia punya aparat, dia didukung ormas, lembaga swadaya masyarakat, dan influenser, dll .
Tapi buat apa punya aparat banyak, punya ormas pendukung dan lainnya tidak bisa berbuat banyak untuk mem-back up dalam mengontrol anak buah yang nakal dan koruptif.
Bisa saja ada anak buah yang menjual nama besar seorang pemimpin untuk kepentingan pribadi dan kroninya.
Misalnya dalam mengangkat Menterinya, pemimpin harus sudah banyak tahu tentang kapasitas, kapabilitas dan integritas calon Menterinya.
Hendaknya seorang pemimpin tidak mengangkat dan memilih seorang calon Menteri seperti membeli kucing dalam karung. Apalagi dasarnya hanya atas rekomendasi Ketua Umum Partai Politik yang tentu tidak bisa dielakkan sarat kepentingan dan nepotisme. Akibat salah menenpatkan orang malah menjadi beban bagi seorang pemimpin.
Maka saat George R Kelly memperkenalkan managemen organisasi, diperkenalkan 4 dasar penting ;
1.Planning
2.Organizing
3.Actuating, dan
4.Controling
( POAC )
Planning adalah proses perencanaan rangkaian urutan rasional didalam menyusun rencana sesuai teknik dan kebutuhan.
Organizing adalah penggerakan prinsip organisasi sesuai tujuan.
Actuating adalah kegiatan sumber daya manusia agar bekerja sesuai tupoksi-nya.
Controling , sistem pengendalian managemen menjamin bahwa orang didalamnya berguna dengan efektif dan efisien dalam rangka mengendalikan dan mencapai tujuan organisasi.
POAC ini menjadi dasar utama dalam sebuah managemen dan kepemimpinan.
Semua syarat POAC penting, tapi controling menjadi condicio sine quanon ( pra syarat mutlak ) untuk dilakukang seorang pemimpin.
Bahwa seorang pemimpin sering dikritik dan kontrol oleh rakyatnya sudah sering terjadi. Hanya bagaimana seorang pemimpin mampu memilah mana yang super prioritas dari kritik dan kontrol itu.
Jika kritik dan kontrol itu berguna untuk keselamatan anak bangsa dan kepentingan negara harus didahulukan. Keselamatan rakyat dan negara diatas segalanya.
Sekali lagi kritik dan kontrol itu dibutuhkan seorang pemimpin. Bila dia abai atas berbagai kritik, kontrol dan aspirasi, maka dapat menjadi bola salju yang sulit dikendalikan.
Olehnya, buka mata hati dan dengarkan fenomena yang sedang berkembang dalam masyarakat , sebab penyesalan selalu terjadi belakangan !!
Dan ingat, Setiap pemimpin akan dimintakan pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.(***/MG.Pande-Iroot)