MANADO, detikgo.com – Less contact economy telah menjadi tren baru di tengah masyarakat. Hal ini terlihat dari peningkatan penggunaan aplikasi belanja online, video streaming dan lain sebagainya. Tentu saja ini menjadi peluang bagi pelaku menjadi lebih kuat bertahan. Oleh karenanya, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) harus terbuka dan responsif terhadap kemungkinan perubahan teknologi yg bisa berubah setiap saat, dengan cara mengubah tata dagangnya menjadi lebih kekinian atau membuat produk yang dijajakan semakin berkualitas dari segi tampilan. Pelaku UMKM harus mampu mengemas produknya secara menarik di ruang digital sehingga produknya dapat dilirik oleh banyak lapisan masyarakat pengguna teknologi digital.
Terkait hal itu, sebagai implementasi dari salah satu kewajiban dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yang memberikan ruang kepada civitas akademika untuk berkontribusi secara nyata melalui sosialisasi secara langsung dengan masyarakat sehingga masyarakat dapat merasakan dampak positif dari ilmu pengetahuan dan teknologi melalui berbagai program yang dilaksanakan, maka Politeknik Negeri Manado (Polimdo) melalui Tim Pengabdi Dr. Agus Walansendow, SE.,MM,M.Si dan Adelaida Joroh, SE, MM., melaksanakan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) bertajuk Pemberdayaan UMKM dan Packaging Produk Lokal Berbasis Less Contact Economy bagi Masyarakat di Kelurahan Kairagi Dua, Manado pada hari Sabtu (25/9/2021).
Dalam pemaparan materinya, Walansendow mengatakan bahwa keterbatasan ruang gerak selama pandemi telah menyebabkan pergeseran aktivitas offline menuju online. Masyarakat dan pelaku bisnis yang tadinya belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi digital, saat ini seolah dipaksa untuk hidup bersama teknologi digital. Bukti nyata yang sudah begitu melekat di kehidupan masyarakat saat ini adalah pemanfaatan digital payment, dimana hampir setiap orang memiliki akun e-wallet yang bisa melakukan transaksi cashless dalam hitungan detik. Penggunaan digital payment ini diprediksi akan meningkat dari masa sebelum pandemi hingga era baru sesudahnya.
Menurut Walansendouw, untuk menyikapi tren pemasaran digital saat ini pelaku UMKM dituntut untuk meningkatkan kualitas dagangannya secara keseluruhan, mulai dari kualitas produk hingga desain kemasan. Produk lokal sebaiknya memiliki desain kemasan yang menarik, karena salah satu elemen terpenting dalam visual produk adalah kemasan.
Produk makanan yang hanya dibungkus dengan plastik trasparan tanpa label atau informasi apapun dapat memberikan kesan kurang menarik. Hal ini membuat produk UMKM lokal kurang memiliki daya saing dengan produk dari daerah lain. Padahal kemasan sering kali disebut sebagai the silent sales-man/girl karena mewakili ketidak hadiran pelayan dalam menunjukkan kualitas produk. Fungsi kemasan saat ini juga sudah menjadi media komunikasi, dimana dengan melihat kemasan suatu produk, maka konsumen dapat mengetahui seluruh proses suatu produk mulai dari pengolahan hingga ke pemakaian akhir. Itulah sebabnya kemasan harus mampu menyampaikan pesan lewat komunikasi informatif, seperti halnya komunikasi antara penjual dengan pembeli.
Ditambahkannya, desain kemasan yang dalam ilmu pemasaran dikenal sebagai pesona produk karena kemasan memang berada di tingkat akhir dalam proses produksi tidak saja berfungsi untuk memikat mata (eye cathching) tetapi juga untuk memikat pemakainya (usage attractiveness). Kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya. Tak cukup sampai disitu, perkembangan desain kemasan harus dapat disesuaikan untuk memenuhi tujuan yang dimaksud. Panduan desain kemasan dapat membantu mendefinisikan bagaimana warna, tipografi, struktur, dan citra diaplikasikan dalam suatu tata letak desain untuk menciptakan kesan keseimbangan, intensitas, proporsi, dan penampilan yang tepat hingga membentuk atribut komunikatif dalam suatu desain kemasan.
Penatua WKI Jemaat GMIM Viadolorosa Kairagi Dua, Ellen Poluan Senduk dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada Tim Pengabdi Polimdo yang telah berbagi ilmu untuk meningkatkan kualitas produk bagi pelaku usaha melalui desain kemasan produk lokal dan berharap agar kegiatan ini dapat terus dilaksanakan secara berkesinambungan demi peningkatan ekonomi masyarakat di Kairagi Dua, terlebih khusus ibu-ibu WKI Jemaat GMIM Viadolorosa.
Kegiatan yang dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan ini diikuti oleh 25 peserta dari Wanita Kaum Ibu (WKI) Jemaat GMIM Viadolorosa. Seluruh peserta nampak sangat antusias mengikuti pemaparan materi yang diselingi dengan diskusi dan sharing pengalaman. (Yolanda)