MINAHASA (detikgo.com)-Bagaimana bila hobi menikmati keindahan alam, traveling, barista, tour guiding dan bersepeda dipadukan dengan memotret? Hasilnya adalah Biketography.
Biketography adalah aktifitas yang memadukan kegiatan bersepeda dan berfoto. Memotret dan bersepeda merupakan dua minat yang berbeda. Saat kedua minat menyenangkan itu dipadukan, jadilah aktivitas yang populer dengan sebutan biketography.
Bagi para biketographer (sebutan untuk pelaku biketography), aktifitas bersepeda yang sangat menyenangkan akan terasa kurang lengkap jika tidak diabadikan. Mereka memadukan kedua hobi yang menyenangkan itu, berpetualang menikmati keindahan alam dengan bersepeda dan mengabadikannya dalam bentuk foto. Jangan buru-buru melabeli mereka dengan cap narsis hanya karena mereka punya hobi berfoto ria.
Dikamus mereka, yang didokumentasikan bukan hanya tentang diri dan komunitasnya saja, tapi lebih menonjolkan kegiatan-kegiatan, objek-objek atau fenomena sosial yang terjadi di sekitar dan jarang terekspos bahkan oleh media.
Aktivitas biketography ini terbilang baru dan pertama kali di Sulawesi Utara. Penggagas komunitas biketography di Sulawesi Utara, Joshua Noya mengatakan, “konsep biketography bagi kami bukan hanya sekedar bersepeda dan memotret, tetapi juga memikirkan bagaimana keberadaan komunitas ini mampu menjawab tantangan besar seperti menciptakan lapangan kerja, mencarikan solusi lingkungan bagi pemerintah dan menguak lokasi wisata yang tidak pernah diekspos dengan bersepeda dan memotret”.
Berbekal kesamaan hobby ini, maka dibentuklah komunitas biketography yang dideklarasikan di Tondano pada Sabtu (13/02/2021).
Komunitas biketography yang diketuai oleh Richard Rambitan ini, mempunyai sejumlah anggota diantaranya Tenly Agnes Moningkey, Meldy Senduk, Syera Saerang, Sonny Tasidjawa, dan Donald Montolalu. Nah, bagi anda yang tertarik dan mempunyai hobi yang sama bisa bergabung dengan Komunitas Biketography Tondano untuk berkegiatan dengan komunitas ini setiap akhir pekan.
Komunitas yang masih terbilang muda ini mulai membangun konsep besarnya untuk membantu Pemerintah Kabupaten Minahasa dengan berbagai inovasi seperti merubah eceng gondok dari tanaman penggangu atau hama menjadi uang, mengangkat sejarah, budaya, adat, potensi objek wisata di desa sekitar Danau Tondano ke dalam konsep ekowisata berkelanjutan dan konsep membangun sekaligus mempromosikan profil Danau Tondano lewat foto berbicara.
Jika upaya awal mereka sudah dianggap terpenuhi dan membantu program pemerintah, kegiatan positif ini rencananya akan dikembangkan juga di kabupaten/kota di sekitar Kabupaten Minahasa. Jadi bukan hanya biketography biasa yang dilihat orang, tetapi lebih bermanfaat dan lebih produktif.
Harapan ke depan, komunitas biketography ini bisa menginspirasi banyak orang untuk bergerak dan berinovasi di bidang dan kemampuannya sendiri. (Yolanda)